Refleksi Diri Sebagai Working Mom

Tulisan ini adalah refleksi diri. Tanpa memihak Bunda dengan versi apapun, surely, tiap Bunda tak akan ada yang ingin melewatkan perkembangan buah hatinya. 


Bagi wanita, khususnya saya, berkarir adalah pilihan. Semua wanita di dunia akan melalui suatu masa yakni menjadi seorang Ibu. Ibu, impian terbesarnya adalah membersamai buah hati disegala masa. Namun, apalah daya, tak semua rumah tangga kondisinya sama. Wanita pun memiliki ambisi, value, juga tujuan hidup. Semua itu yang pada akhirnya melahirkan kisah hidup yang tak sama. 

Sekilas tentang ambisi

Orang bilang, saya cukup pintar. Sayang, kalau impian tak tersampaikan. Dari situlah, saya merajut mimpi dan terobsesi dengan segala ambisi. Saya terlahir dari keluarga sederhana. Bapak saya? Pagi hingga petang menggayuh sepeda tuanya menjajakan makanan. Ibu pun hanya buruh tani. 

Namun, beliau berdua cukup tangguh. Cita dan cinta mereka luar biasa. Sejak kecil, Bapak selalu berucap kala malam, 

"Anak wedok, sekolah nagji sing pinter. Mbesuk gede dadi guru iku wis pol apik.e" (anak perempuan, sekolah dan ngaji yang pintar. Kalau dewasa, menjadi seorang guru itu sudah luar biasa).

Ya, itulah yang terjadi pada saya. Kalimat ajaib itu mengantarkan saya ke jenjang mulia. Pendidikan adalah dunia saya. Tenaga dan pikiran untuk bangsa. Tibalah saya di suatu jenjang yang suci, menikah dengan status masih mahasisiwi. Bagaimana kabarnya bangku pendidikan? Everthing runs well. Semangat menggebu. Dua, tiga, lembaga masih menjadi tempat saya membagi ilmu. 

Dilema sebagai working mom

Datangya malaikat kecil adalah dambaan saya tiap waktu kala itu. Mungkin saya lah yang tak mampu mensyukuri nikmat tuhan. 2 years? Waktu yang sebenarnya hanya sebentar tuk menunggu dambaan hati. Ya, akhirnya 2 tahun itu telah dibayar dengan anugrah terbesar. 

Di momen inilah, jiwa keibuanku meronta. Ibu mana yang ingin melepas begitu saja masa emas sang anak? Siapapun ingin ikut andil dalam pertumbuhanya. Satu dua bulan rutinitas sebagai working mom berjalan normal. Namun, semakin hari, perasaan bersalah selalu menghantui. 

Saya yakin, tiap working mom merasakannya. Ini bukanlah kisah baru karena sampai kapanpun working mom akan dilanda dilema yang entah kapan perginya. Faktanya, sebagai working mom sering ngenes sendiri. Kala melihat Bunda yang full time, stay untuk keluarganya. I don't have what they have

Keputusan terbaik

Hingga detik ini, saya masih aktif di dunia pendidikan. 'Laah, kok masih kerja?' Alasan saya cukup standar kok. Pastinya, guna menambah income. Memang, 7 hari full membersamai si kecil adalah bayangan yang sepertinya sulit ditangkap. Ibaratnya itu seperti mawar, indah tapi tak mudah digapai. 

However, he's my first priority. Dengan tekad dan niat yang kuat, working time yang awalnya padat mulai saya kurangi. Semua saya kemas serapi mungkin demi si kecil, ladang pahala terbesar. Caranya? Cukup 2 hari yang saya luangkan untuk lembaga. Selebihnya, for my little prince and family. For me, it's the greatest decision ever

Memiliki waktu 5 hari full tuk menemani harinya si kecil itu sudah luxury yang luar biasa. Ya, setidaknya, saya sudah mencicipi keduanya. Tak ada kata menyesal untuk melanjutkan passion ini. 

Namun, jangan tanya drama apa yang berseliweran tiap kali hendak bertugas. Kalau diceritakan, ribuan kata pun tak mampu mewakili. Hati saya? Tentu, sedih luar biasa, merasa sangat berdosa😭. Lagi-lagi, mencoba tegar dan mengingat bagaimana dulu jatuh bangun demi impian. Semua terus berjalan sambil diri ini menata hati hingga kini. Yakin, inilah yabg terbaik. 

Hi, working moms! I'm proud of you

Semangat ya💪💪! Anda luar biasa. Memang, wanita diciptakan untuk menjadi manusia paling hebat. Rutinita, aktifitas, pekerjaan rumah hingga kantor, semua dijalani. Namun, saking hebat dan semangatnya, masih mampu mengurus buah hati dengan tenaga ekstra. 

Berbanggalah, karena ada sosok suami yang telah anda bantu. Akan ada saatnya, anak anda dengan gagah berucap 'ibuku hebat'. Suatu saat, separuh hatimu itu memahami betapa besarnya pengorbanan anda. So, anda yang hingga kini masih berjuang, kuatkan dan mantapkan hati. Yang anda lakukan begitu mulia. Anda hebat, sangatlah hebat


Mualimah Only a cute girl loving to write so much

8 Komentar untuk "Refleksi Diri Sebagai Working Mom"

  1. Nice words. Suka banget sama kata2nya. Feelnya itu lho berasa banget

    BalasHapus
  2. Mantap, sangat menginspirasi,

    BalasHapus
  3. kalo konten indo gausah di gabung gabung sama inggris

    BalasHapus
  4. Saya mencoba memahami dilemanya working moms.. Tp ya gitulah ya.. Kudu bisa bagi waktu. Hehehe semangat moms..

    BalasHapus
  5. Perempuan, saat kecil ia sebagai anak, saat menikah ia sebagai istri, saat memiliki anak ia sebagai ibu. Baik di dalam maupun di luar rumah ia tetap seorang pejuang. Itulah hebatnya perempuan.

    BalasHapus
  6. Saya pikir sebagai sesama ibu kita memang tak boleh saling menperbandingkan. Semua orang punya kondisi masing2 yg tak bisa disamakan. Yg terpenting adalah bagaimana agar sesama perempuan bisa saling support satu sama lain. Stay strong and happy to all mother, baik ibu yg bekerja maupun ibu rumah tangga. Kita semua adalah ibu terbaik untuk anak-anak kita..

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel