Cokelat untuk Bayi, Amankah?

Kita semua menyukai cokelat. Apalagi anak-anak yang tidak akan pernah merasa puas karena kelezatannya. Si kecil selalu tertarik pada sebatang cokelat, oleh karena itu, penting untuk mengetahui kapan seharusnya bayi bisa merasakan manisnya cokelat. Di sini, blog Mualimah akan memberi tahu para smart parents terkait cokelat untuk bayi, kapan kita bisa mengajak bayi si kecil mulai mencicipi cokelat, dan juga beberapa point penting tentang cokelat untuk bayi.

Cokelat untuk bayi

Kapan Bayi Bisa Makan Cokelat?

Kapan sih waktu yang peling tepat untuk memeperkenalkan si kecil dengan cokelat? Sebaiknya tunggu sampai si bayi berusia 24 bulan karena sistem pencernaan bayi mungkin belum cukup berkembang untuk memprosesnya tanpa reaksi yang buruk atau merugikan. Cokelat juga mengandung kafein dan teobromin, yang mana kedua senyawa tersebut masih berhubungan dengan kafein.

Theobromine hanya memiliki sepersepuluh efek kafein dan merupakan stimulan lemah. Namun kandungan kafein dalam cokelatlah yang sering menjadi perhatian, bahkan pada bayi yang sudah berusia lebih dari enam bulan dan mampu mengonsumsi makanan padat lainnya.

Namun, bukan berarti kita tidak bisa memberikan cokelat kepada anak apalagi setelah 24 bulan, karena faktanya cokelat juga memiliki beberapa manfaat kesehatan.

Manfaat Cokelat untuk Balita

Coklat diketahui mengandung unsur dan zat tertentu yang mempengaruhi berbagai hormon pengaturan suasana hati di dalam tubuh, seperti serotonin dan membantu mengembalikannya ke level yang baik. Khususnya, dark chocolate, sangat bermanfaat untuk meningkatkan mood anak.

Terkait case cokelat untuk bayi, ketika si anak mulai kekurangan energi atau kelelahan, satu gigitan cokelat saja sudah mampu membuat anak merasa diremajakan dan memulihkan energi anak untuk kembali ke tugas Anda.

Tips Memilih Cokelat untuk Balita

  • Gunakan cokelat sebagai cara untuk mendorong perilaku yang baik pada anak. Jangan pernah menggunakannya sebagai bahan suapan ke balita untuk menyelesaikan tugas tertentu.
  • Alih-alih memilih batang cokelat besar, pilih yang lebih kecil dan dalam jumlah terbatas.
  • Pilihlah coklat yang memiliki kandungan rendah lemak, gula dan susu di dalamnya.
  • Sesekali, gantilah coklat biasa dengan biskuit rasa coklat atau es krim.
  • Tersedia juga cokelat batangan bebas kafein. So, pilihlah yang biasa saja.

Untuk jatuh hati pada kelezatan cokelat itu tidak akan membutuhkan waktu lama, begitu pula kecanduannya. Dengan menjaga cara mengkonsumsi cokelat sejak awal, kita dapat memastikan bahwa anak telah mendapat manfaat darinya dan terhindar dari efek sampingnya, sehingga kita dapat menjaga dirinya tetap sehat meskipun yang dikonsumsi memang khusus cokelat untuk bayi. 

Note: tulisan ini dirangkum dan dikembangkan dari sites momjunction dan firstcry parenting


Mualimah Only a cute girl loving to write so much

15 Komentar untuk "Cokelat untuk Bayi, Amankah?"

  1. Coklat baru boleh untuk balita usia 2 tahun ya kak. Emang sih coklat bisa banget mengembalikan mood yang rusak. Hehehe

    BalasHapus
  2. Huuhh untungnya bisa saya pikir gak bisa,, karena ade saya lebih sering minum susu cokelat sih dr pd susu emaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang pasti tidak berlebihan ya, karena sesuatu yang berlebihan itu juga tidak baik

      Hapus
  3. Heheh selain untuk anak bayi untuk dewasa pun boleh dong enak kok hehe

    BalasHapus
  4. Coklat itu aslinya pahit, tp kenapa mendengar kata coklat identik manis ... Yg pahit GK cocok buat bayi haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangankan bayi, orang dewasa saja tidak suka yang pahit2 kok😅

      Hapus
  5. Tapi anakku ada yg alergi cokelat. Termasuk saya pun. Kalau makan cokelat terutama yang pekat atau berupa cairan, itu langsung gak enak diperut. Makanya kalau dirumah, konsumsi cokelat memang cukup saya batasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah pentingnya edukasi buat para mommy, agar tak salah langkah ya bund

      Hapus
  6. Tpi klo kebanyakan juga ndak sehat buat bayi...

    BalasHapus
  7. Tetep ajah ank gua mah di bilang ga boleh juga. tetep ajah dimakan.

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel