Mengendalikan Emosi Terhadap Perilaku Si Kecil
Halo Ayah dan Bunda.... Apa kabar dengan si kecil hari ini? Aktivitas apa yang sedang si kecil jalani? Apapun aktifitasnya, malaikat kecil itu kerap kali melakukan hal yang menggugah hati bahkan emosi Ayah dan Bunda. Ya, apalagi saat Ayah dan Bunda sedang begitu kelelahan, maka emosi dapat dengan mudah meledak. Saya pun pernah mengalaminya. Hingga tanpa sadar telah berteriak dan memarahi si kecil yang masih fitrah itu.
Kalau sudah seperti itu, para parent pasti sangat menyesal bahkan tak segan menitikkan air mata di depan anak. Perasaan bersalah begitu kompak mengganggu ketenangan jiwa. Apakah wajar? Tentu sangatlah wajar secara psikis.
Yuk, belajar memahami reaksi si kecil
Terlihat sepele, tapi melakukannya pun tak mudah. Saya pun masih selalu berusaha menerapkan poin ini sebelum emosi mulai memuncak. Paling tidak, saya mulai dapat menekan perlahan emosi yang biasanya berlebihan. Nah, Ayah dan Bunda juga sangat disarankan mencobanya.
Laura Markham, PhD, seorang Psikolog Klinis, mengungkapkan bahwasannya tiap orangtua perlu mencari tahu bagiamana kira-kira reaksi anak saat anda memarahinya. Pastinya ketakutan kan? Nah, coba sekarang anda bayangkan saja, bagi anak, anda adalah sumber cintanya, bahkan pelindungnya. Namun, anda berteriak bagai berhadapan dengan musuh. Tentu, si kecil akan merasa takut.
Anak patuh tapi karena ada rasa ngeri terhadap Ayah dan Bunda itu sangat tidak enak. Segala sesuatu dialakukan dibawah tekanan dan ketakutan. So, inilah pentingnya memahami reaksi. Yuk, bangun lagi hubungan yang hangat dengan si kecil!
Berusaha tetap stay calm itu penting
Tugas orangtua, khususnya seorang Bunda, itu berat luar biasa, ya? Iya lah, karena itulah pahala buat para Bunda itu melimpah ruah, hehe. Pointnya, sebisa mungkin anda tak boleh stress. Kalau stress, bagaimana dengan urusan anak dan rumah tangga? Bakal berantakan, dong.
Salah satu dampak emosi berlebihan yakni stress. Artinya, hal ini dapat mengganggu psikis Ayah dan Bunda, khususnya anak tercinta. Untuk menghindari dampak ini atau meminimalkannya, diperlukan sekali kemampuan untuk menekan ekspresi kemarahan dan mengendalikan emosi.
Salah satu kuncinya yakni stay calm. Pikiran harus tetap relax agar dapat berpikir lebih bijak kala berhadapan dengan sang anak. Sebelum emosi lari ke ubun-ubun, denyut jantung bak maraton, pernapasan begitu cepat, coba kembali ke kunci paling awal. Ingat reaksi anak nanti, tenangkan pikiran, dan mulai atur pernapasan untuk melegakan perasaan.
Lalu, apakah wajar jika rasa bersalah Bunda begitu berlebihan?
Perasaan semacam ini muncul sangatlah lumrah. Bahkan, itulah moral kita sebagai orangtua. Jika datang perasaan ini, artinya anda mampu menyadari betapa salahnya sikap dan perilaku terhadap anak. Anda mengakui keputusan yang telah diperbuat itu sungguh tak patut diulang.
Mengendalikan emosi memang tak sesederhana teori. Tapi yakinlah, anak adalah sumber cinta dan kekuatan. Yuk, tatap lekat mata indahnya. Lihatlah, betapa malakat itu mengharapkan bibir pelindungnya mengembang. Maka, kemarahan yang akan muncul tadi perlahan memudar.
By the way, jadi pengen nangis saat ingat emosi terhadap tingkah pangeran kecil. Tahukah, Bunda, setiap kali anak berbuat salah, saya akan memasang wajah masam. Reaksi anak?
"Ma, ojo diomeng (Ma, jangan dimarahi)!" Langsung runtuh seketika pertahanan saya. Jadi marah nggak? Tentu tidak, justru minta maaf. Bayangkan saja, bocah 2 tahun berkata demikian. It's real what my little prince said.
So, Ayah dan Bunda juga bisa mulai belajar mengendalikan emosi dengan memahami perasaan dan reaksi anak. Ini pun pembelajaran buat si kecil. Anak akan memahami bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan pikiran yang tenang akan membuah hasil yang memuaskan.
Semangat, Ayah & Bunda! Peluk jauh dari Mama Haikal 😊
Betul sekali bunda. Manajemen emosi jadi hal yang penting banget untk diketahui krna salah2,bisa membuat anak hanya menakuti kita, bukan lgi mentaati. 👍😊
BalasHapusBetul sekali bunda. Manajemen emosi jadi hal yang penting banget untk diketahui krna salah2,bisa membuat anak hanya menakuti kita, bukan lgi mentaati. 👍😊
BalasHapusBetul sekali bunda. Manajemen emosi jadi hal yang penting banget untk diketahui krna salah2,bisa membuat anak hanya menakuti kita, bukan lgi mentaati. 👍😊
BalasHapusBener sekali bund
HapusKalo di daerah saya entah kenapa , anak2 itu suka melawan
BalasHapusSebenarnya semua tergantung bagaimana keadaan lingkungan keluarga dan masyarakat
HapusWah ini bisa buat pelajaran buat istri saya nih hehehe
BalasHapusTrimakasih sudah berkunjung. Salam buat istrinya
HapusSangat bermanfaat, memang anak adalah hal paling menyenangkan, tapi kadang kita bisa emosi juga, lanjut kan berbagi semoga nanti bisa mendaftarkan blog ke google adsense dan pasang iklan adsense di post blog nya.
BalasHapusAamiin.. trimakasih supportnya
HapusAnak saya Sekarang usianya 2 tahun lebih. Sedikit demi sedikit ada saja permintaan yang harus dituruti atau kalau nggak dia akan menangis.
BalasHapusKayaknya saya harus stay kalem. Pada dasarnya masa anak-anak itu singkat, ketika dewasa mungkin sudah berjarak.
Terima kasih artikelnya menginspirasi saya.